Jumat, 30 Desember 2011

harapan dan kesan untuk idola kami AHMAD "cimot" BUSTOMI


Saat ini timnas sedang dielu-elukan dan jadi pusat perhatian masyarakat luas. Sejumlah pemain pun menjadi primadona. Terutama mereka yang mencetak gol indah maupun mereka yang berparas tampan. Namun kegemilangan timnas tidak dapat diukur dari gol dan paras semata. Ada satu pemain muda yang dengan gagah mengolah bola di lini tengah dan menghalau serangan lawan.
Salah satunya bernama Ahmad Bustomi. Memang perannya hampir tidak terlihat karena bukan pemain depan. Parasnya pun biasa saja. namun pemain berjulukan cimot ini dengan piawai bahu membahu bersama kapten Firman Utina menjadi konduktor lini tengah timnas.
 
Ahmad bustomi ? ya,itulah nama salah satu pemain idola saya dan bukan salah satu tapi satu satunya ! entah mengapa pamor cristiano ronaldo,david beckham hingga kaka tak meluluhkan hati saya kecuali ahmad bustomi yang biasa di panggil “cimot” (cilik-cilik maine ngotot) dengan nomer kebanggaannya 19 ini ,saya ingat ketika arema vs persijap Bustomi sendiri memang menjadi sosok pemain yang tergolong pintar mengontrol emosinya, namun terkadang dia jua tikak bisa mengontrol hal itu, itu terbukti saat dia mendapatkan kartu kuning saat melawan Persijap Jepara setelah memprotes keras keputusan wasit. Namun seketika cerita tersebut di purar kembali oleh sang bintang, sore itu dia sangat pintar mengontrol emosinya. Bermain baik menjaga posnya, serta sesekali membantu penyerangan.
Tidak salah jika Sang Bintang yang punya kepribadian religius ini menjadi salah satu idola baru bagi Aremania dan Aremanita.
berbicara ahmad “cimot” bustomi berarti kita harus berbicara tentang AREMA one club my fans ! dari umur 5 tahun,ketika di arema cimot mengawal barisan tengah arema dengan sangat tangguh  bersama esteban gullien dan roman chamelo,saya pun berandai andai apakah ini xavi.nya arema dan aremania dan kita semua aremania sangat berharap dan berandai hal itu,namun karena adanya konflik internal dalam tubuh arema bustomi pun berpindah ke mitra kukar bersama sahabatnya arif “keceng”suyono dengan sangat legowo kami semua arema melepas dengan berat salah satu icon dan pemain kebanggaan arema tersebut,jujur tak bisa kami pungkiri kesedihan kami (bustomers) ketika cimot pindah tapi kami yakin cimot pegi untuk kembali !!! entah sampai kapan kangen kita akan terobati ketika bustomi memakai kostum arema lagi,”ya pergi untuk kembali. Suatu saat nanti pasti saya kembali ke Arema. Sebagai arek Malang siapapun pasti ingin memperkuat Arema termasuk saya, karena Arema selalu di hati saya,” itulah kata-kata cimot,tetapi KITA TUNGGU BACK AREMA MOT ! ya itulah spirit kami untuk sam cimot .
bukan dari lapangan hijau saja yang saya kagumi,nilai + yang dia punya adalah kehidupan pribadinya sebagai manusia yang biasa dan sederhana Good boy
Di luar lapangan hijau, Ahmad Bustomi adalah sosok yang sangat perhatian kepada keluarga, baik istri maupun orang tuanya. Saya masih ingat betul bagaimana cimotdengan mata berkaca-kaca membeberkan masa kecilnya, saat diwawancara reporter ANTV beberapa bulan lalu.
cimot berkisah, keinginannya untuk menjadi pemain sepak bola professional sudah tumbuh sejak kecil. Namun sayang, kondisi finansial keluarganya sangat pas-pasan. “Untuk membelikan sepatu saya, orang tua harus berhutang kepada tetangga,” tutur Tomi. Sepatu itu kemudian dipakainya terus-menerus hingga sobek dan jebol.
cimot mengatakan, sepatu itu menjadi saksi jerih-payahnya menekuni sepak bola. Karena itu dia menyimpannya baik-baik. Bagi cimot, sepatu itu adalah pengingat diri agar tidak lupa kepada orang tua yang sangat menyokong keinginannya menjadi pemain sepak bola professional.
Tentang pemain idolanya, cimot menyebut satu nama: Bima Sakti. Kita tahu, Bima Sakti pernah jadi gelandang Timnas pada era Kurniawan Yulainto dkk. Dia terkenal memiliki tendangan kencang dan akurat. Cimot bersahabat dengan Bima kala keduanya bermain di Persema.
“Dia bukan hanya panutan di dalam lapangan, tapi juga di luar lapangan,” kata cimot, mengenai Bima Sakti.

BIOGRAFI AHMAD “CIMOT” BUSTOMI

Ahmad Bustomi lahir di Jombang, 25 tahun yang lalu. Kedua orang tuanya, Jumari dan Sumiati mencari nafkah dengan membuka bengkel cat mobil.
Keluarga Bustomi tidak memiliki akar sepakbola. Namun dalam dirinya sudah ada ketertarikan yang besar pada si kulit bundar. Sejak usia 11 bulan, Bustomi sudah lancar menendang-nendang bola.
Ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama, Bustomi meminta kedua orang tuanya memasukkannya ke sekolah sepakbola. Keinginan itu direspon positif oleh kedua orang tuanya. Karena buta dengan dunia sepakbola, kedua orang tuanya meminta Bustomi memilih sendiri sekolah sepakbola yang disukainya.
Akhirnya Bustomi menjatuhkan pilihannya pada SSB Unibraw 82. Setiap minggu, sang ayah, Jumari, dengan setia mengantar anaknya berlatih di sekolah sepakbola tersebut. Bakat Bustomi pun terasah di sekolah tersebut. Tidak hanya itu, dirinya juga berkesempatan membela Unibraw 82 mengikuti turnamen junior. Bustomi menjadi pemain inti kala itu.
Setelah itu, gerbang kesuksesan Bustomi terbuka. Dirinya terpilih untuk masuk ke dalam tim junior klub Persema. Tim sepakbola elit kota Apel ini memang menjadi klub bola favorit Bustomi sejak kecil.
Namun sebelum sampai ke gerbang tersebut, keputusasaan pernah bergelayut di benak Bustomi. Ceritanya, dia mengalami cedera berat dan gagal terpilih menjadi pemain terbaik dalam laga Piala Jawa Pos bersama Unibraw. Jegalan keras pemain lawan membuat Bustomi tidak dapat melanjutkan pertandingan dan harus berjalan terpincang-pincang beberapa saat setelahnya.
Bustomi jadi malas berlatih, ia kecewa dengan dirinya sendiri. Namun sang ayah mendorongnya agar terus mengejar mimpinya. Ia tahu, Bustomi mencintai sepakbola dan berbakat di bidang tersebut. Setelah dinasihati sang ayah, perlahan Bustomi bangkit kembali. Setelah sembuh dari cedera, setiap hari pria yang akrab disapa Cimot ini berlari menempuh jarak 11 kilo untuk menambah staminanya.
Karir Bustomi semakin meningkat sejak bergabung di Persema junior. Ketika berusia 16 tahun, ia direkrut bergabung dalam tim Persatuan Sepakbola Kota Batu. Saat itu ia masih duduk di bangku SMU.
Bakat Bustomi di lapangan hijau di usia semuda itu membuat dirinya menarik minat sejumlah klub. Salah satunya Persema Malang. Bustomi pun berkesempatan kembali mengikuti seleksi untuk tim tersebut. Namun kali ini di jenjang senior, dengan kontrak untuk menjadi pemain tetap.
Hal tersebut sempat sedikit terhambat oleh keadaan ekonomi keluarga Bustomi yang pas-pasan. Bustomi hampir batal mengikuti seleksi Persema karena sepatu bolanya rusak. Namun dukungan dari kedua orang tuanya tak berhenti demi cita-cita anaknya. Mereka menjual perhiasan demi membelikan sepatu bola baru bagi sang anak. Sang anak membayar dengan lolos dari seleksi tersebut dan menjadi pemain inti di Persema.
Bustomi membela Persema selama 3 musim, yakni dari tahun 2005 hingga 2008. Penampilannya yang gemilang membuat dirinya terpanggil membela timnas U23 di Sea Games tahun 2007.
Namun Bustomi baru benar-benar bersinar setelah pindah ke Arema Malang. Klub rival sekota Persema tersebut memang memiliki gengsi yang lebih besar, namun permainan individu Bustomi lah yang berperan membuat namanya terangkat.
Kini, Bustomi menjadi andalan lini tengah timnas Indonesia senior di AFF 2010. Bukan sekedar andalan, kehadirannya vital bagi pertahanan timnas yang sebelumnya terkenal rapuh. Hasilnya, selama empat pertandingan dimana Bustomi bermain penuh, timnas baru kebobolan satu kali. Ketika dicadangkan kala menghadapi Thailand, timnas terlihat kocar kacir, bahkan sempat tertinggal 1-0, namun setelah Bustomi masuk di babak kedua, pertahanan Indonesia terlihat mulai mampu menekan lawan, hingga Indonesia berbalik menang 2-1.
Bustomi adalah pemain bertipe jangkar. Namun bukan sebagai perusak yang hanya merebut bola dari lawan. Bustomi memiliki kemampuan alami untuk menjadi pengatur ritem permainan. Layaknya konduktor ia berkerja memaksimalkan aliran bola rekan-rekannya dari belakang ke depan dan memutuskan alur serangan lawan. Bustomi pintar mencari ruang kosong, lugas dalam melakukan tekanan, memiliki stamina ‘badak’ dan umpan-umpan terukur nan akurat. Peran sentral Bustomi yang demikian baru ditemukan lagi pada tahun ini. Aksinya mengingatkan orang akan legenda Indonesia Bima Sakti dan pemain andalan Italia, Andrea Pirlo. Tanpa Bustomi, mungkin Indonesia akan kebobolan lebih dari dua gol dalam lima pertandingan terakhirnya.
Nama lengkap: Ahmad Bustomi
Nama Panggilan: Tomi, Cimot
Tempat / tangal lahir: Jombang 13 Juli 1985
Orang tua: Jumari (ayah) /Sumiati (ibu)
Status: Menikah
Istri: Fina Dian Sari
Karir:
Posisi: Gelandang / Deep Playmaker
Klub
  • Persikoba Batu (2004)
  • Persema Malang (2005-2008)
  • Arema Malang (2008-2010)
  • Mitra kukar (2011-…)
Timnas:
Indonesia


Meskipun tidak menjadi pusat perhatian media, namun Bustomi jelas menjadi tumpuan rekan-rekannya di timnas dan club. Bila permainannya terus stabil, Indonesia akan punya pemain andalan di masa depan untuk bersaing di level Asia. Teruskan kiprahmu, WE ALL LOVE YOU KEEP THE SPIRIT  CIMOT !!!!!!!!!!!!!!!

by : ongisnade el vazya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar